Thursday 19 November 2015

cerpen hijau putih kenanganku



HIJAU PUTIH KENAMGANKU

           Malam ini udara di surabaya sangat panas, membuatku ingin berteriak sekuat tenaga ingin terlepas. Tetapi  aku sadar bahwa itu adalah hal yang sia sia. Karena berteriak dan memberontak saja tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi membuat kita semakin kehabisan tenaga. Maka dari itu aku putuskan untuk kembali tidur di tenda hijauku, walaupun rasa panas ini sungguh membakar kulit dan tulangku. Aku juga tahu suhu dan aktifitas yang berlebihan ini membuatku mengalami demam yang tinggi. Tapi apa daya, dalam diklat Mahasiswa ini semua peserta diklat diharuskan untuk tidur di tenda. Terpaksa pula aku harus mengikuti ketentuan yang ada, demi mendapat predikat sebagai keluarga fakultas. Dalam setiap acara diklat mahasiswa ini aku dikenal sebagai seorang yang kritis, tanggap akan keadaan dan juga pandai dalam merangkai kata kata. Selain itu para senior menilaiku dapat membawa suasana dalam setiap acara, sehingga tugasku dalam acara ini semakin berat. Tetapi aku memiliki kedudukan spesial, karena semua menganggapuku sebagai agen perubahan, tapi tidak bagiku. Bagiku, aku hanyalah seorang manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa. Oleh karena itu aku tetap membaur dalam seluruh rangkaian acara.
     
            Hari pertama telah berlalu. Semua bisa dilalui dengan baik oleh seluruh peserta diklat. Tetapi sebagian besar juga telah sakit dan ada yang pulang saat diklat masih berjalan satu hari. Tapi dalam kelelahan ini aku masih bertahan. Sampai akhirnya pada materi dari Badan Eksekutif Mahasiswa, tubuhku sudah tidak dapat digerakan lagi, kepalaku berat dan aku pun muntah, suhu badanku meningkat secara drastis dan mataku berkunang kunang. Dan saat itulah aku dibawa ke tenda medis untuk menjalani perawatan. Setelah malam hari ada acara api unggun sebagaI acara keakraban. Tetapi dalam acara itu demamku semakin tinggi, mencapai 39 derajat selsius.  Dalam keadaan yang sangat mustahil bagiku untuk bangkit, hadirlah sosok yang menyejukan hatiku. Ya, namanya adalah yona, seorang gadis manis asal kota nganjuk. Malam itu hanya api unggun yang menemani acara kami. Dan pada keremangan cahaya, aku merasa tanganku mendapat dekapan hangat. Dan aku sedikit kaget, karena dekapan itu tidak hanya di leher. Dekapan itu berpindah ke leher, lalu pindah ke dahiku. Setelah itu ada suara lembut yang mebisik ke telingaku. Dia berkata “ kau demam, aku bawakan kau minyak kayu putih”. Aku menoleh ke arah suara tersebut. Ya aku telah menduga, gadis itu adalah yona. Dia melempar senyum manisnya ke arahku, serta menyerahkan minyak kayu putih yang dibawanya kepadaku. Aku sedikit melongo dan tidak tanggap, lalu dia berkata” aku pijitin ya biar kamu tidak sakit lagi” .  malam itu sungguh malam yang sangat romantis, ditemani api unggun dan dipijit oleh wanita semanis Yona. Selama acara berjalan aku melihat sayang yang tulus terpancar dari kelopak matanya. Aku tak bisa menahan airmataku, ingin sekali aku menangis dalam dekapanya. Tapi waktu itu suhu tubuhku sungguh lemah.
            
     Sekarang api unggun telah dimatikan dan waktu mulai menunjukan pagi hari. Lalu ku teringat dengan Yona. Aku temui dalam ground perkemahan, ku lihat dia meringkuk seperti menahan sakit.  Lalu ku pegang tanganya, dan kubisikan sesuatu, “Yona aku cinta kamu”. Setelah itu ku pijit badanya. Dia tidak berkata sedikit pun, tapi kupikir dia hanya sakit. 
Pagi telah berganti siang. Waktunya kita pulang dari diklat. Tetapi aku merasakan ada yang aneh pada Yona. Kupikir dia masih sakit, tetapi aku melihat adanya perbedaan dalam raut mukanya, dia seperti memikirkan sesuatu. Keesokan paginya aku mengajaknya makan di sebuah restoran ternama. Lalu dalam restoran itu aku buka pembicaraan dengan menanyakan kabarnya. Dia berkata bahwa dia baik baik saja, dia juga berkata bahwa dia juga sayang dan cinta kepadaku. Raut bahagia terpancar dari wajahku, tapi itu sangat kontras dengan keadaan wajahnya,aku berpikir bahwa dia mempunyai masalah besar. Kutanya padanya, dia hanya menangis memendam air mata. Lalu aku memeluk dan mencium keningnya. Setelah ia tenang kutanya, ada apa? Ternyata jawaban yang ia berikan diluar dugaanku, dia dijodohkan dengan orang lain. Saat itu air mataku tak tertahan, aku ikut menangis dalam pelukanya.
     
            Rasa hati ini seperti ditikam oleh sembilu tajam. Aku menguatkan diriku untuk menerima kenyataan. Karena jika ia memilih aku, aku tidak akan bisa meberikan kebahagiaan padanya. Karena aku belum memiliki penghasilan yang lebih besar dari calon yang dijodohkan pada yona. Aku tahu, bahwa calon yona lebih tampan,kaya dan bertanggung jawab. Dengan kata lain memang benar ibu Yona menjodohkan anaknya dengan laki laki itu.
     Tapi yona berkata bahwa ia tidak cinta pada laki laki itu. Dia lebih memilihku. Tapi apa daya, dia berhadapan dengan doktrin orang tuanya. Aku lalu meberikan saran agar ia patuh pada orang tuanya. Walaupun sebenarnya dalam hati ini menjerit dan pilu. Sebelum aku tinggalkan yona. Aku memberikan sebuah kue padanya. Ya kue untuk Yona

No comments :

Post a Comment