Saturday 12 December 2015

cerpen tentang pertentangan



Berontak
by ali corbanims

Aku tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya di inginkan oleh si tua itu. Setiap detik selalu ku selami jalan pikiranya, selalu ku penuhi permintaanya, tetapi aku belum tau di mana letak maksud dan cita cita si tua itu. Bohong jika yang di inginkan bukan uang, mungkin itu saja yang saat ini mampir  di benakku. Tapi ah sudahlah, toh dia juga sudah tua. Tidak ada salahnya untuk sekedar menghormati dan memenuhi semua permintaanya. Walaupun kurasa, permintaanya lebih berat dari permintaan tuhan. Suatu hari aku pernah menganggap dirinya adalah orang yang diutus tuhan untuk memperbaiki tingkahku. Tetapi kok gaya bicaranya melebihi firman tuhan. Dia juga bukan nabi, karena ku tahu nabi terakhir sudah wafat . jauh sebelum dia lahir, sangat jauh.
          
 Mungkin ini akhir dari jiwa mudaku, atau awal jiwa pemimpinku. Yang pasti aku ingin berontak. Tak jelas memang apa yang kukatakan. Bahkan menurutku definisiku sedikit berbelit belit. Tapi ya sudahlah namanya juga anak muda nanti juga marahnya reda. Tapi walau bagaimanapun aku tetap ingin berontak. Dari ketidakmampuanya membaca pikiranku, atau dari semua keinginanku yang hanya dianggap sebagai angin lalu. Ya beruntunglah aku. Bisa memproyeksikan ini ke dalam secarik kertas, ya kertas digital. Ya kertas ini membuatku satu langkah lebih baik. Dan membuat seluruh pikiranku tenang. Bahkan lebih tenang dari dasar danau ranu kumbolo. Bingung itu hal biasa bagiku. Tapi jika ada rajanya bingung pasti itu dari kata kata ataupun permintaanmu.
    
  Hariku semakin berwaran ketika aku di SMA. Bukan karena aku punya pacar, tapi hujan doktrin dan hujat amarahnya itu serasa pernak pernik yang wah, susah juga mendeskripsikanya.  Hidup ditengah problema boneka yang kau buat, aku memberi alasan itu karena jika kau tak selalu mengatur, problema tak akan pernah datang, atau setidaknya aku tidak akan menyesal jika suatu problema itu dari kesalahanku. Tapi ini tidak, problema  justru datang dari kesalahan dirimu jika mengambil sebuah keputusan.  Dan yang selalu ku dengar adalah kau yang selalu menyalahkan diriku dalam situasi dan kondisi seperti apapun. Aku tetap bersabar. Dan hal yang harus kau ingat adalah ketika kau menyuruhku belajar di kamar, ya aku belajar. Belajar mengungkapkan semuanya lewat tulisan. Tapi seberapa besar amarahmu aku selalu berdzikir pada tuhan, dan memohon tuhan untuk mengampuni segala dosamu. Tapi apa kau sadar selama ini , kurasa tidak.
  
 Tapi setelah kupikir berontak memang hal yang bodoh, ya lebih bodoh dari para penyair yang doyan makan nasi karak dan krupuk. Ya  mungkin aku susah untuk memahami, atau kau yang terlalu kaku.  Ya aku akan berusaha menarik pundi pundi rupiah dari setiap tulisanku, dan akan kuhujani ribuan dolar tepat di pelupuk matamu agar kau sadar ini semua bukan Cuma omong kosong. Keringatku, waktuku dan konsistensiku akan bisa mengalahkan egomu. Ya aku sedikit sadar bahwa kau satu satunya yang bisa memberiku 3 juta dalam sebulan bukan yang lain. Tapi jika ku mampu untuk menghasilkan yang lebih banyak, mengapa tidak. Ya ya kau benar, dalam hidup harus selalu dimulai dengan suatu perjuangan, bukan dengan tidur tiduran. Ya terima kasih saranmu, yang mengatakan orang sukses Cuma tidur 6 jam sehari. Lalu yang kulakukan. Aku hanya ingin tidur 4 jam sehari, demi membuktikan omong kosongmu.
      
Dari tadi yang keluar di mulutku Cuma kata ya. Jangan jangan ini karena overdosis doktrinmu yang selalu harus bilang ya. Lihat dari tadi Cuma ya dan ya. Ini deskripsi terakhir tentang si tua. Dia suka bagi bagi duit. Tapi ke orang jauh, sedangkan aku, malah dimintai duit. Ya gak papa kan aku sudah banyak duit. Dan ya si tua itu suka pergi malam hari , mungkin cari angin, atau mungkin pergi dengan sekertarisnya  yang cantik. Perduli apa aku aku dengan selingkuhanya. Aku sih cuek, yang terpenting dalam hidupku ini Cuma  2 asal bisa makan dan punya baju. Masalah tidur gak masalah. Aku pernah tidur di sawah,tenda warung emperan toko,kelas,koridor, bahkan di bawah pohon juga pernah. Nggak masalah kan.
     Dia pikir dengan sudah punya uang banyak bisa mengaturku, tidak, aku akan berontak, catat itu tua, aku akan berontak.
           
    

No comments :

Post a Comment